-->
  • Jelajahi

    Copyright © Sobat Khotib
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Meminimalisir Keserakahan Dengan Syukur

    UJ Official
    Minggu, 11 Maret 2012, Maret 11, 2012 WIB Last Updated 2015-02-02T03:15:49Z
    “karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
    (QS. AL Baqarah ayat 152)


    Hadirin Jama'ah Jum'at yang berbahagia
    Mengawali khutbah ini, khatib mengajak kepada kita sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas keimanan kita kepada Allah dengan cara menjalankan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan Allah, diharapkan dengan jalan taqwa tersebut dapat membawa kita kepada kebahagiaan yang abadi. Amin ya rabbal 'alamin. 

    Jama'ah Jum’at rahimakumullah
    Kalau kita mau merenung sejenak maka kita akan mendapati diri kita ini adalah termasuk orang-orang yang pandai meminta tetapi tidak pandai untuk bersyukur, hampir setiap kita selesai melaksanakan sholat kita berdo'a memohon agar keidupan ini dijadikan menjadi kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat tetapi kita tidak pernah prihatin dengan cara kita memanfaatkan karunia yang telah diberikan kepada kita.
    Imam Ghazali pernah menyebutkan dalam kitabnya minhajul abidin bahwa orang yang bersyukur adalah bagaikan orang yang memberi makanan kepada hewan (burung) piaraan dalam sangkar, jika hewan tersebut diberi makan yang cukup dan diberi jodoh maka hewan tersebut akan bertambah banyak, paling tidak mungkin demikianlah pesan yang dapat diambil dari al-Qur'an yang berbunyi :

    Barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka sama halnya ia bersyukur kepada dirinya dan barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Allah maha kaya
    (QS. Luqman ayat 12)

    Dari ayat di atas betapa manusia teramat dhzalim terhadap dirinya sendiri di mana ia menghabiskan nikmat tetapi tidak mau bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat. 

    Sepintas seperti yang dikatakan oleh Imam Nawawi yang disebutkan dalam kita Nuru adh-dhalam adalah sebagai berikut :
    “Menggunakan nikmat yang telah diberikan kepada kita atas dasar yang dikehendaki oleh yang memberi nikmat”

    Dari definisi di atas, berarti kita harus mendistribusikan segala bentuk pemberian untuk mencari ridha-Nya semata-mata. Itulah inti dari tata cara bersyukur, jika kita dikarunia keedamaian maka kita upayakan perdamaian tersebut, kita diberi kemampuan untuk menolong orang lain maka hendaknya kita tolong orang tersebut dan seterusnya. Bagi orang yang tidak bisa mensyukuri nikmat Allah maka semua itu akan menyebabkan terjerembab ke dalam jurang keserakahan, malah menanamkan kebencian baru dalam perjalanan hidupnya, karena orang yang tidak bisa bersyukur akan terus-menerus merasa kekurangan, dan kekurangan membuat keresahan dalam hati, keresahan akan membuahkan ketersiksaan, dan berlanjut tidak adanya kepuasan dengan apa yang diperoleh, dari sini manusia mulai kehilangan keseimbangan kontrol kepada dirinya, dan jika demikian ini berlanjut, maka akan menyebabkan kerusakan dan perusakan termasuk kerusakan moral. Pada kesimpulan akhirnya orang yang tidak pandai bersyukur dapat merusak moral itu sendiri dan akan muncul sifat serakah dalam dirinya. 

    Hadirin jama'ah jum'at yang berbahagia 
    Pada kesimpulan akhirnya bahwa orang ang mendapatkan nikmat tetapi tidak pandai bersyukur akan menjadi bumerang bagi dirnya sendiri, dan masyrakat sekitarnya. Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang demikian, amin ya rabbal 'alamin. 

    Paling tidak, ada beberapa faktor yang menyebabkan orang itu terjerumus ke dalam keserakan dan kehilangan ketenangan bathin dalam menjalanin kehidupan ini, 

    Pertama, ibadah yang dilakukan tidak seimbang dengan waktu yang dipakai untuk beribadah kepada Allah, sehingga kreasi yang tercipta selalu menjadi bahan untuk bermegah-megahan kepada manusia yang lain, dan tanpa disadari sedikit-demi sedikit akan menimbulkan antipati dari masyarakat lain karena kesombongan dan keberhasilannya itu. Perasaan yang demikian akhirnya akan menimbulkan keresahan, sifat egois, dan tidak manusiawi dalam memperlakukan orang lain, jika telah tertanam ketidakadilan maka orang yang demikian dapat menyebabkan perpecahan dan keretakan jalinan hubungan sosial dalam sebuah masyarakat. 

    Kedua, pendapatan yang diperoleh tidak seimbang dengan sedekah yang dikeluarkan, dalam kondisi yang demikian ini, semakin banyak nikmat yang diperoleh semakin kikir pula terhadap tetangga, dan semakin banyak harta yang yang didapat maka semakin sombong pula suasana ruang bathinnya, karena dia menyangka bahwa itu hanyalah semata-mata dari hasil rekayasanya sendiri, orang yang seperti ini tidak pernah mengira kalau keberhasilan yang ia capai ada campur tangan dari karunia Allah swt, dan melalui tangannya rizki orang-orang tak mampu dilewatkan melalui usahanya itu. Ia akan haus dan selalu berburu harta dalam hidupnya tanpa memperdulikan tetangga yang merengek-rengek minta dikasihani dan serba kekurangan dalam kesehariannya. Anjuran agama untuk menolong orang lain tidak pernah hinggap dalam pendengaran mereka. telinga tidak mempunyai fungsi untuk mendengarkan nasehat keagamaan. 

    Ketiga, bertambahnya ilmu tidak diiringi dengan bertambahnya kasih sayang terhadap sesama, akibatnya semakin banyak kemampuan yang didapat, maka semakin pandai pula dalam berbuat culas, curang, dan menipu terhadap orang-orang yang tingkat keilmuannya masih dibawah level-nya, dengan kepandaiannya semakin lincah mempermainkan hukum, dengan kepandaiannya, semakin pandai pula cara memakan harta orang lain, tetangga atau negara. Hal ini, terbukti dengan munculnya sederet nama-nama koruptor ulung di negara kita ini, bukan dari kalangan orang-orang yang bodoh, tetapi mereka muncul dari orang-orang yang benar-benar memahami peta perpolitikan dan peta perekonomian bangsa, sehingga rakyat menjerit dan meronta untuk berunjuk rasa agar mereka diberi hukuman yang setimpal dengan kesalahan yang mereka perbuat. Tetapi sering kali kepadaiannya itu dipakai untuk melepaskan diri dari jeratan hukum yang akan menimpanya. 

    Pencuri aset negara, sama halnya dengan mencuri aset rakyatnya, kasih sayang terhadap orang yang tertindas hampir tak terlintas dalam benaknya lagi, yang ada hanya bagaimana meraup kekayaan semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain. orang yang telah terjangkit penyakit demikian ini sama saja dengan mempunyai hati tetapi hatinya telah tertutup oleh kebenaran. Dan ada kemiripan dengan kehidupan hewan yang memangsa temanya sendiri, barangkali ketiga sifat tersebut digambarkan dalam al-Qur'an sebagai berikut :

    dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (QS. AL A’raff ayat 179)

    Karakter orang yang serakah selalu merasa kurang dengan apa yang diberikan oleh Allah dari hasil usahanya dan disertai dengan perasaan menuntut kepada Sang Pemberi nikmat ia tidak pernah puas dengan hasil usahanya dan dalam pikirannya tidak ada perasaan qana'ah sama sekali, jiwa yang demikian ini bagaikan banjir yang tidak pernah puas dengan kiriman airnya, bagaikann api yang tidak pernah puas dengan kayu bakarnya dan bagaikan matahari yang tidak pernah puas dengan sinarnya. Karena memang pada dasarnya keserakahan adalah tumbuh dari 'hati' yang sakit. 

    Jama'ah Jum'at yang mudah-mudahan dilindungi Allah
    Keinginan 'ini' dan 'itu' hendaknya dijadikan sebagai motivasi saja, tidak harus dijadikan sebagai hasil seutuhnya. Tidak ada salahnya menggantungkan harapan setinggi langit, tetapi harus selalu dalam kesadaran penuh bahwa manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan dan mempunyai tanggung jawab untuk memlihara terciptanya keserasian dalam hidup ini, tidaklah karena cita-cita kemudian harus ada yang dikorbankan sungguh biadab jika yang terjadi adalah demikian. 

    Hadirin Ma’asyiral mukmininarahimakumullah
    Mengakhiri khutbah di mimbar yang suci ini khatib mengajak kepada kita sekalian marilah kita bersama-sama mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT ini dengan aktifitas-aktifitas yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, agama dan masyarakat sekitar kita, karena dengan demikian Insya Allah kita semua akan menjadi hamba-hamba Allah yang selalu diliputi dengan cinta dan kasih sayang dari Yang Maha Pemberi Nikmat. Amin ya Rabbal ‘alamiin 

    بارك الله لى ولكم فى القر أن العـظيم و نفعـنى و إياكم بما فيه من الا ية وذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلا وته إنه هو السميع العلـيم
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +