-->
  • Jelajahi

    Copyright © Sobat Khotib
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Khutbah Jum'ah: Jauhi Ghibah, Hidup Terarah

    UJ Official
    Sabtu, 04 April 2015, April 04, 2015 WIB Last Updated 2015-04-19T14:09:04Z
    Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah
                Pujian dan pujaan syukur marilah selalu kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kita kesempatan, kesehatan, dan ke’afiatan, sehingga pada siang hari dan di tempat yang mulia ini, kita semua dapat berkumpul dalam memelihara kewajiban kepada untuk menghadap kepada-Nya.
                Shalawat dan salam marilah tanpa henti kita kumandangkan kepada ruh junjungan alam, baginda nabi, Rasulullah, Muhammad SAW dengan penuh harap, semoga kita semua mendapat syafaat dari beliau kelak di yaumil qiyamah. Amin ya Rabbal’alamin!
                Selanjutnya, khotib mengajak kepada kita semua, marilah kita terus-menerus memantapkan dengan keyakinan yang sungguh-sungguh keimanan kita kepada Allah, diiringi taqwa yang sebenar-benarnya yaitu, hanya mengharap ridho dan rahmat Allah SWT .
    Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah
                Jika pada suatu hari, seorang sahabat membawakan kita makanan berupa daging yang lezat, dengan bumbu yang menggiurkan, kemudian daging itu kita santap dengan nikmat, dan ketika dengan asyiknya kita nikmati daging tersebut, sahabat kita mengatakan daging itu adalah bangkai dari saudara kita yang telah meninggal dunia.
                Lantas, apakah daging itu akan kita santap lagi ataukah kita akan memuntahkan daging yang telah kita santap tadi? Jawabannya adalah kembali ke diri kita masing-masing.
           Jika kita lanjutkan untuk menyantapnya, berarti kita adalah ahli ghibah, ahli mengumpat, dan ahli menggunjing. Jika kita menyantapnya lagi berarti kita adalah orang yang senang dengan keburukan saudara kita yang lain.

    Dalam Al Qur’an Surah Al Hujurat ayat 12, Allah SWT mengingatkan kepada kita:
    “Dan janganlah kalian mencari cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing (ghibah) kepada sebagian yang lainnya. Apakah kalian suka salah seorang di antara kalian memakan daging saudaramu yang sudah mati? Maka tentulah kalian membencinya. Dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat dan Maha Pengasih.” (Al-Hujarat:12) –

    Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah
    Imam Al Ghazali dan Imam Baihaqi meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah sekali-kali kamu melakukan pergunjingan atau membicarakan aib orang lain, karena pergunjingan itu lebih berat dosanya dari perzinaan. Karena, jika seseorang yang berzina kemudian bertobat maka Allah mengampuninya. Sedangkan penggunjing tidak akan diampuni Allah, sebelum orang yang digunjingkan itu memaafkannya.”

    Alangkah beratnya siksa yang ditanggung oleh tukang gunjing (mughtaab), tukang penyebar ghibah. Betapapun dia bertobat kepada Allah, pintu pengampunan tidak akan terbuka, kecuali dia berlari dan bersungguh-sungguh meminta maaf kepada orang yang digunjingkannya itu.
    Tidakkah kita takut pada siksa Allah? Bagaimana bila orang yang digunjingkan itu telah meninggal dunia? Lantas, Kepada siapakah kita akan memohonkan maaf. Padahal, kunci surga hanya terbuka bila ada pemaafan darinya.

    Imam al Gazali dalam Mukhtasar Ihya Ulumudin juga meriwayatkan penggalan nasihat Allah kepada Nabiyulah Musa AS. Wahai Musa, Barang siapa yang mati dalam keadaan bertobat dari gunjingan, maka ia adalah orang terakhir yang memasuki surga. Dan barang siapa yang mati dalam keadaan bergunjing, maka ia adalah orang pertama yang memasuki neraka.”

    Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah
    Saat ini, ghibah telah menjadi komoditas penting dan dapat dikatakan sebagai suatu hal pokok dalam kehidupan bermasyarakat kita. Terbukti, dalam kehidupan bermasyarakat kita sehari-hari, kita sering terpesona dengan aib orang lain daripada melihat aib diri kita sendiri.
    Kehidupan rumah tangga orang yang sangat pribadi pun dibongkar. Dan, kita pun merasa asyik untuk melakukan estafet ghibah tersebut ke tetangga – tetangga kita.
    Dalam dunia politik akhir-akhir ini, ghibah merupakan senjata yang paling ampuh untuk mehancurkan harga diri dan reputasi lawan politiknya, semua orang tidak ada yang benar, hanya dirinyalah yang merasa paling benar.
    Betapa besarnya dosa dan konsekuensi moral yang disebabkan oleh ulah lidah kita. Lidah adalah  cermin moral kemanusiaan paling fundamental atau paling pokok yang menghiasi akhlak seorang Muslim. Betapapun rajin kita beribadah, di hadapan Allah, ibadah kita tidak memiliki manfaat sama sekali, selama lidah kita menggibah dan menyakiti orang lain.
    Sahabat Muadz bin Jabbal RA pernah bertanya pada Rasulullah SAW. “Apakah kita akan diminta pertanggungjawaban karena apa yang diucapkan lidah kita, wahai Rasulullah?” kemudian Rasulullah menjawab, “Wahai Ibnu Jabbal, tidaklah manusia-manusia itu akan ditelungkupkan dengan hidungnya terlebih dahulu di neraka, melainkan karena apa yang dilakukan oleh lidahnya.” (Alhadits).

    Akhirnya, marilah kita jaga diri kita dan keluarga kita dari bahaya lidah dan ghibah, dan marilah kita berdo’a Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, melindungi kita dan keluarga kita dari dosa kecil dan dosa besar dan selalu memelihara kita dari bahaya lidah kita sendiri. Amin ya rabbal’alamin!

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +