Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah...
Puji syukur marilah kita panjatkan
ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan, ke’afiatan, dan umur
yang panjang sehingga kita semua dapat berkumpul di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan kewajiban
kita melaksanakan shalat Jum’ah berjamaah.
Shalawat dan salam marilah selalu
kita curahkan keharibaan ruh junjungan alam, baginda Nabi, Raasulullah Muhammad
SAW dengan harapan semoga kita semua mendapat syafaat beliau kelak di Yaumil
Qiyamah. Amin ya rabbal’alamin.
Selanjutnya marilah kita tingkatkan
kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, karena hanya dengan jalan
keimanan dan ketaqwaan itulah kita semua akan menjadi hamba-hamba Allah yang
beruntung di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah...
Allah
SWT. mengajarkan kepada kita salah satu metode pembelajaran dalam al-Qur’an yang
dinamakan “amtsaal” atau perumpamaan, karena Suatu masalah akan lebih mudah
dipahami jika diumpamakan atau diibaratkan. apalagi masalah tersebut menyangkut
perkara yang metafisik.
Dalam amtsaal
atau umpama tersebut terkandung kearifan berpikir dan renungan. seseorang tidak
secara langsung merasa menjadi objek atau sasaran, namun perlahan menyadari
arah dan maksud pesan tersebut. Perumpamaan dimaksudkan agar kita
mengambil i’tibar (hikmah) dari suatu peristiwa.
Dalam
Al Quran surah Al Isra’ ayat 89, Allah SWT menegaskan:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam
Al Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak
menyukainya, bahkan manusia mengingkarinya.”
Dalam
al-Quran, Allah SWT. memberikan banyak perumpamaan kepada kita. Misalnya,
Menjadikan nyamuk sebagai umpama yang berkaitan dengan kelemahan berhala.
“Kebenaran” diumpamakan seperti air dan logam murni, “kebatilan” laksana buih
air dan tahi logam. “Cahaya Allah” ibarat lobang yang
tidak dapat ditembus tembus oleh apapun, karena di dalamnya terdapat pelita yang
besar. “Berinfak” di jalan Allah bagaikan sebutir biji yang tumbuh tujuh
tangkai, dan berinfak dengan riya’
(mengharapkan pujian) tak ubahnya debu di atas batu yang licin.
Begitu
juga orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya, disamakan dengan
keledai. Dan, Masih banyak perumpamaan lain yang terdapat dalam Al Qur’an,
meskipun kita seringkali tidak pandai mengambil pelajaran darinya.
Selengkapnya, dapat didownload DI SINI